Hortikultura (BAB I)





Hortikultura adalah istilah yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu hortus (kebun) dan cultura  (pembudidayaan). Hortikultura dapat didefinisikan  sebagai ilmu pertanian yang berhubungan dengan produksi, pemanfaatan, dan  pengembangan sayur - sayuran, buah - buahan serta tanaman hias. Sayuran adalah tanaman hortikultura yang pada umumnya mempunyai  umur yang relatif pendek, yaitu kurang dari setahun, dan pada umumnya bukan tanaman musiman. Contoh dari beberapa sayuran yang dapat dilihat sehari - hari adalah kubis, wortel, kentang, buncis, daun sawi, petsai, kangkung, bayam, dan sebagainya.



Beberapa macam bumbu- bumbuan seperti cabe, bawang, kunyit, sirih, daun salam, jahe, laos dan sebagainya juga biasa  dimasukkan ke dalam golongan sayuran. Komposisi setiap macam sayuran berbeda - beda dan dipengaruhi oleh  beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan pada waktu pemanenan, dan kondisi penyimpanan. Sayuran pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi, yaitu sekitar 70–95%, tetapi rendah dalam kadar lemak dan protein, kecuali beberapa sayuran hijau misalnya daun ketela pohon (singkong) dan daun pepaya yang mempunyai kadar protein agak tinggi, yaitu 5,7–5,9%. Karbohidrat di dalam sayuran sebagian besar terdapat dalam bentuk selulosa yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, sayuran kurang baik digunakan sebagai sumber karbohidrat di dalam makanan kita.



Yang terkandung di dalam sayuran :


1               1. Mineral dan Vitamin

Sayuran pada umumnya merupakan sumber vitamin yang penting terutama vitamin A misalnya yang banyak terdapat pada wortel dan vitamin C yang banyak terdapat pada tomat. Di samping itu sayuran juga  mengandung vitamin - vitamin yang lain termasuk vitamin B1 (thiamin) serta beberapa mineral seperti kalsium (Ca) dan besi (Fe).

2               2. Pigmen

Warna sayur-sayuran terutama disebabkan oleh kandungan zat warna di dalamnya yang disebut pigmen dan terdiri dari khlorofil, karotenoid dan grup flavonoid yang terdiri dari antosionin, antoxantin dan tanin.


a.      Khlorofil

Sayur-sayuran terutama yang berwarna hijau mengandung banyak khlorofil. Khlorofil di dalam suatu organ sel yang disebut khloroplast. Di dalam tanaman, khlorofil terdapat dalam bentuk ikatan kompleks dengan molekul protein dan lemak. Jika sayuran yang mengandung khlorofil dipanaskan atau direbus maka protein dari senyawa kompleks tersebut akan mengalami denaturasi sehingga khlorofil akan dikeluarkan dan larut di dalam air, akibatnya warna bahan yang semula hijau akan berubah menjadi hijau pucat sedangkan warna air perebusnya menjadi hijau. Khlorofil yang bebas ini sangat tidak stabil dan ion Mg yang terdapat di dalamnya dengan mudah dapat diganti oleh ion H, akibatnya khlorofil yang semula hijau berubah menjadi pheophytin yang berwarna hijau cokelat. Contoh yang kita lihat sehari-hari misalnya pada perebusan bayam atau kangkung. Warna cokelat dari khlorofil tersebut juga dapat disebabkan oleh reaksi antara khlorofil dengan asam sehingga berubah menjadi pheophytin yang berwarna cokelat.



Untuk mempertahankan warna hijau dari beberapa sayuran selama pemasakan biasanya dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan alkali misalnya NaOH atau KOH sampai pH larutan naik menjadi pH 8 atau lebih sehingga tidak terbentuk pheophytin yang berwarna cokelat. Tetapi cara ini mempunyai keberatan karena selulosa yang terdapat di dalam sayuran tersebut akan terdegradasi oleh alkali sehingga menyebabkan tekstur sayuran menjadi lunak atau hancur. Di samping itu vitamin C dan B1 (thiamin) juga akan rusak oleh pemasakan pada pH yang tinggi. Pada umumnya warna hijau dari sayuran digunakan sebagai indeks kesegaran karena setelah pemanenan khlorofil yang mula-mula dominan akan terdegradasi. Tetapi ternyata hal ini tidak berlaku untuk semua jenis sayuran misalnya pada wortel, tomat dan kentang.



Misalnya pada kentang pada waktudipanen seharusnya kentang tidak mengandung khlorofil. Tetapi bila kentang disimpan di dalam ruangan yang banyak menerima sinar maka khlorofil akan terbentuk kembali dan warna kentang menjadi hijau. Warna hijau dari khlorofil tersebut mungkin tidak berbahaya, tetapi biasanya kentang yang berwarna hijau dianggap racun. Racun yang sering terdapat di dalam kentang adalah solanin yang rasanya sangat pahit. Racun ini mempunyai sifat yang sangat stabil dan sukar untuk dihilangkan. Pada umumnya semua faktor yang dapat menstimulir sintesis khlorofil juga dapat menstimulir sintesis solanin. Oleh karena itu, terjadinya warna hijau pada kentang sebaiknya dihindari.






b. Karotenoid
Pigmen yang termasuk dalam grup karotenoid berwarna kuning, oranye sampai merah, serta mempunyai sifat larut di dalam lemak dan pelarut organik. Beberapa karotenoid yang penting dan terdapat di dalam sayur-sayuran misalnya: 
1) Karoten yang berwarna oranye, terdapat di dalam wortel dan jagung. 
2)Likopen yang berwarna merah, terdapat di dalam tomat. 
3) Xantofil yang berwarna kuning oranye terdapat di dalam jagung. 
4) Krosetin yang juga berwarna kuning oranye terdapat di dalam kunyit.
Kandungan karotenoid di dalam sayuran berhubungan erat dengan kandungan vitamin A di dalamnya. Sebagai contoh misalnya beta karoten yang banyak terdapat di dalam wortel dan labu kuning adalah prekursor vitamin A (provitamin A) yang penting karena setiap molekul betakaroten di dalam tubuh manusia dan hewan dapat diubah menjadi dua molekul vitamin A. Beberapa karotenoid lainnya seperti alfakaroten, gamakaroten dan kriptoxantin juga merupakan provitamin A, tetapi dari satu molekul karotenoid tersebut hanya dapat dihasilkan satu molekul vitamin A. Karotenoid di dalam tanaman terdapat di dalam khromoplast atau kadang-kadang terdapat bersama-sama dengan khlorofil di dalam khloroplast. Karotenoid tahan terhadap panas dan perubahan pH, tetapi sangat peka terhadap oksidasi. Oksidasi karotenoid dapat menyebabkan perubahan warnanya dan menyebabkan penurunan aktivitas vitamin A.



         c. Flavonoid
         Flavonoid adalah pigmen yang berwarna merah, kuning, biru, dan ungu. Flavonoid terdiri dari antosianin, antoxantin dan tanin. Antosianin adalah pigmen berwarna ungu, biru atau merah dan terdapat  di dalam bit. Antosianin larut di dalam air sehingga sering kali merupakan masalah di dalam pengolahan sayur-sayuran. Sebagai contoh misalnya pada perebusan bit yang dikupas dan dipotong-potong maka air rebusan akan berwarna ungu: tetapi bila perebusan dilakukan terhadap bit yang belum dikupas maka warna bit tidak akan keluar karena dinding selnya masih utuh. Antoxantin adalah pigmen yang berwarna kuning atau putih dan biasanya terdapat di dalam sayur-sayuran yang berwarna putih misalnya kentang atau bawang. Antoxantin sangat peka terhadap perubahan pH. Sebagai contoh misalnya jika kentang atau bawang putih direbus di dalam larutan dengan pH 8 atau lebih maka warna bahan tersebut akan berubah menjadi kuning karena terbentuknya senyawa khalkon. Tetapi jika di dalam larutan dengan pH 6 atau kurang warnanya akan lebih putih atau tidak berwarna. Tanin adalah pigmen yang tidak berwarna dan terdiri dari kathekin dan leukoantosianin. Tanin tidak banyak terdapat di dalam sayur-sayuran, tetapi banyak terdapat di dalam buah-buahan misalnya pada salak, apel, anggur, dan sebagainya.

D. Kandungan Lain-lain 
           Selain zat-zat yang disebutkan di atas, sayur-sayuran juga mengandung komponen-komponen lainnya seperti pati, gula, pektin, asam-asam organik, gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat-zat pembentuk aroma misalnya ester, alkohol, asetat, hidrokarbon, senyawa-senyawa aromatik dan sebagainya. Enzim-enzim yang terdapat di dalam sayuran di samping penting dalam reaksi metabolisme tanaman juga penting dalam beberapa reaksi kimia misalnya reaksi browning yang dapat menyebabkan perubahan warna menjadi cokelat atau kehitaman. Komposisi setiap macam buah-buahan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca, tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemetikan, kondisi selama pemeraman, dan kondisi penyimpanan. Buah-buahan pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi, yaitu sekitar 65 -90 persen, tetapi rendah dalam kadar protein dan kadar lemak (kecuali alpukat yang mempunyai kadar lemak yang agak tinggi, yaitu sekitar 4 persen).

KARBOHIDRAT

1.      1. Pati

Buah-buahan pada umumnya mempunyai pati sebagai hasil dari fotosintesis sel. Buah yang masih muda dari beberapa jenis buah-buahan, misalnya apel, tomat, mangga, dan pisang banyak mengandung pati. Pada beberapa jenis buah-buahan, kandungan patinya akan terus bertambah selama pendewasaan sel. Pada buah-buahan lainnya kandungan patinya mula-mula akan naik kemudian menurun lagi. Buah-buahan yang mengalami kenaikan kadar pati selama pendewasaan sel terutama adalah buah-

buahan klimakterik, misalnya apel, pisang dan mangga.

2.Gula

Kandungan gula (sukrosa) pada beberapa buah-buahan klimakterik kadang-kadang naik selama pendewasaan sel, misalnya pada mangga. Pada tomat, selama pertumbuhan dan pendewasaan sel kenaikan kandungan gulanya sangat sedikit atau tidak sama sekali. Pada apel, kenaikan kandungan gulanya hanya sampai pada saat pemetikan normal. Sedangkan pada kismis, mula-mula tidak mengandung gula atau sedikit sekali, kemudian kandungan gulanya naik dengan cepat selama pematangan. Pada beberapa buah-buahan nonklimakterik, kandungan gula yang mula-mula tinggi sebelum sel dewasa kadang-kadang menurun sedikit selama pendewasaan sel, misalnya terjadi pada beberapa jenis jeruk. Pada nanas, kenaikan kandungan gula terjadi dengan cepat pada 2 bulan pertama selama pendewasaan. Pada ceri selama pertumbuhan dan pendewasaan sel tidak terjadi penambahan kandungan sukrosa.Kandungan gula reduksi, yaitu fruktosa dan glukosa pada buah-buahan klimakterik dan nonklimakterik pada umumnya akan bertambah selama pertumbuhan dan pendewasaan sel.

3.Pektin

Di dalam middle lamela dari sel-sel buah terdapat zat pektik, yaitu suatu polisakarida dari asam galakturonatdengan metil esternya. Hidrolisa dari zat pektik tersebut dapat menghasilkan pektin yang mempunyai sifat dapat larut dalam air. Pektin ini dapat membentuk gel atau suspensi kolodial dengan adanya gula dan asam. Hal ini digunakan sebagai prinsip dalam pembuatan sele dari buah-buahan (jam dan jeli).Kandungan zat pektat di dalam buah mempengaruhi tekstur dari buah tersebut. Jika buah dipanaskan atau direbus, zat pektat yang mempunyai sifat tidak larut di dalam air sebagian akan terhidrolisa menjadi pektin yang larut di dalam air. Akibatnya tekstur dari buah tersebut akan menjadi lunak. Selama proses pematangan buah, pada umumnya total pektin akan  menurun, sedangkan bagian - bagian yang larut di dalam air akan naik dan akibatnya buah menjadi lunak. Di dalam pengolahan buah-buahan dengan menggunakan panas, biasanya untuk mempertahankan tekstur buah tersebut ditambahkan ion-ion kalsium (Ca). Ion Ca ini akan bereaksi dengan zat pektik membentuk kalsium pektat (Ca-pektat) yang tidak dapat larut di dalam air sehingga tekstur buah akan tetap keras. Beberapa buah buahan mengandung enzim yang dapat menghidrolisa pektin sehingga menyebabkan daya pembentukan gel dari pektin tersebut berkurang. Enzim tersebut dapat disebut enzim metil esterase, misalnya terdapat pada buah tomat

Sumber :  

Modul 1. Jenis dan Varietas Hortikultura. Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, M.S.Fennema, O. R. (1976).Food Science.USA: 
Marcel Dekker.Muchtadi, T. R., dan Sugiyono.(1992).Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

Bogor: Petunjuk Laboratorium PAU.IPB.

Winarno, F. G. (1952).Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Penerbit GramediaPustaka Utama


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hama dan Penyakit Tanaman Cabe

Jenis-Jenis Benih

Hama dan Penyakit Tanaman Padi