Jenis-Jenis Benih
Menurut Hasanah (2002) benih tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodok, benih intermediate dan benih rekalsitran. Pengelompokan benih tersebut didasarkan atas kepekaan benih terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodok relatif tahan terhadap pengeringan. Benih ortodok umumnya dimiliki oleh spesies-spesies tanaman setahun dan tanaman dua tahunan (bienial)\ dengan ukuran benih yang kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat disimpan pada suhu rendah. Menurut Justice dan Bass (2002) tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Selanjutnya Sutopo (2010) menambahkan tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin.
Penyimpanan benih dimaksudkan agar benih dapat ditanaman pada musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama atau untuk tujuan pelestarian benih dari sesuatu jenis tamaman. Daya simpan benih adalah kemampuan benih untuk dapat disimpan atau perkiraan waktu benih dapat untuk disimpan. Daya simpan benih merupakan parameter lot benih dalam satuan waktu untuk suatu periode simpan. Periode simpan benih adalah kurun waktu simpan benih dari benih siap disimpan sampai benih siap ditanam. Benih yang memiliki daya simpan lama dapat melewati periode simpan yang panjang. Benih dengan vigor daya simpan yang tinggi dapat disimpan untuk periode simpan yang normal dalam kondisi suboptimum dan daya simpan lebih panjang apabila kondisi ruang simpan dalam keadaan optimum (Sadjad et al, 1999).
Menurut Kartono (2004) salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu dengan daya kecambah lebih dari 85 %. Benih yang bermutu dan memiliki daya berkecambah tinggi memerlukan penanganan panen dan pascapanen yang tepat antara lain. Menurut Owen (1956) kadar air benih akan berfluktuasi dengan kelembaban dari atmosfer sekitarnya jika benih disimpan dalam wadah terbuka atau berpori seperti karung, kantong kertas dan semacamnya. Jumlah uap air yang diserap benih tidak bergantung pada uap air yang sebenarnya dalam satuan volume udara (kelembaban absolut), tetapi pada tingkat jenuh udara (kelembaban relatif) . Setiap jenis benih akan mencapai kadar air tertentu sesuai dengan kelembaban relatif yang diberikan. Beberapa jenis benih yang disimpan dalam wadah tertutup akan terjadi pertukaran uap air hingga keseimbangan tercapai. Imdad dan Nawangsih (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan jangka waktu penyimpanan ada tiga yaitu keadaan awal benih (umur fisiologi benih), teknik penyimpanan dan tempat penyimpanan serta ada tidaknya serangan hama dan patogen di tempat penyimpanan.
Pandey (1984) menyatakan bahwa proses penyimpanan benih dengan suhu rendah sangat mempengaruhi kualitas benih yang akan ditanam di lapangan. Menurut Smith dan Hinson (1959) perkecambahan benih yang baik adalah di atas 90 % dengan suhu yang baik pada saat proses penyimpanan. Sutopo (2010) menambahkan temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerus akan benih. Temperatur yang tinggi dapat memperbesar terjadinya penguapan zat cair dalam benih sehingga benih dapat kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Temperatur dalam tempat penyimpanan pada umumnya dipengaruhi langsung oleh temperatur udara disekitarnya dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kegiatan respirasi benih atau mikroorganisme yang menginvestasi benih.
Benih, terdiri dari embrio atau tanaman mini, endosperma, cadangan makanan dan pelindung benih yang terdiri dari kulit benih. Cadangan makanan benih kedelai disimpan pada kedua kotiledon atau daun benih yang berfungsi sebagai organ fotosintetik bagi benih. Bagian benih yang mempengaruhi penyimpanan adalah kulit benih (untuk benih jagung dan kacang), hylum dan mikrofil (untuk benih kacang-kacangan). Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam mengatur keluar masuknya air (Justice dan Bass, 2002).
Penyimpanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya berkecambah benih kedelai selama penyimpanan antara lain :
1. Mutu benih dan daya kecambah benih sebelum disimpan
2. Kadar air benih
3. Kelembaban ruang penyimpanan
4. Suhu tempat penyimpanan
5. Hama dan penyakit di tempat penyimpanan
6.. Lama penyimpanan
Benih yang disimpan akan mengalami beberapa perubahan diantaranya adalah perubahan fisik, perubahan kimia dan kerusakan kromosom. Perubahan fisik ditandai dengan berkurangnya berat benih akibat serangan mikroorganisme, sedangkan perubahan kimia ditandai dengan naiknya temperatur dan kelembaban serta kegiatan respirasi dari mikroorganisme mengakibatkan naiknya kegitaan enzim-enzim dalam benih. Penyimpangan kromosom sering dijumpai pada sel-sel meristem akar, sel-sel meristem tunas dan sel-sel tepung sari. Penyimpangan kromosom menunjukkan adanya suatu kerusakan pada asam nukleat yang dapat menyebabkan bentuk kecambah benih yang abnormal (Sutopo, 2010).
Menurut Hasanah (2002) benih tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodok, benih intermediate dan benih rekalsitran. Pengelompokan benih tersebut didasarkan atas kepekaan benih terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodok relatif tahan terhadap pengeringan. Benih ortodok umumnya dimiliki oleh spesies-spesies tanaman setahun dan tanaman dua tahunan (bienial)\ dengan ukuran benih yang kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat disimpan pada suhu Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Benih rekalsitran peka terhadap pengeringan. Benih rekalsitran tidak tahan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Beberapa spesies tanaman tropis yang memiliki sifat rekalsitran atau peka terhadap suhu rendah adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa dan palma lainnya. Kelompok tanaman ini menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada tanaman induknya. Benih masih dalam kondisi lembab ketika gugur dan akan mati ketika kadar air kritis. Daya hidup benih relatif pendek dari beberapa minggu sampai beberapa bulan tergantung spesiesnya walaupun benih disimpan pada kondisi lembab. Benih intermediate berada antara sifat benih ortodok dan rekalsitran. Menurut Sadjad (1993) benih diklasifikasikan sebagai benih ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks dapat dikeringkan dan tidak mati, dapat disimpan lama dalam kondisi dingin dan tahan disimpan pada kadar air yang rendah. Benih rekalsitran akan mati jika disimpan pada suhu dingin dan kadar airnya diturunkan atau dikeringkan. Perbedaan sifat tersebut dikarenakan perbedaan genetik benih.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58843/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
Komentar
Posting Komentar